Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan, pada mulanya merupakan wadah para petani yang menjadi korban proyek nasional pembangunan jalan lintas selatan. Pembangunan jalan itu, yakni pembangunan Jalan Daendels, membutuhkan pelebaran tanah yang akan dijadikan badan jalan untuk pengerasan dan pengaspalan. Para pemilik tanah di kedua sisi bahu jalan ini, yang mayoritas adalah petani, disosialisasi mengenai alur kebijakan terkait pembangunan jalan itu.
Di dalam alur kebijakan itu terdapat penetapan lebar jalan Daendels, yang kemudian disusul dan ditandai dengan penanaman patok DMJ, yang menyebabkan munculnya kontroversi menyangkut sejarah kepemilikan tanah yang bakal dilewati pembangunan. Penetapan sepihak oleh Pemerintah, bisa jadi dimaksudkan untuk menekan biaya yang dibutuhkan. Karena dalam sosialisasi pembangunan itu pula dilangsir klaim bahwa sejak dahulu kala, lebar jalan (disebut kemudian sebagai Jl. Daendels) itu adalah belasan meter. Tetapi ternyata klaim pemerintah ini tak punya dasar, terutama dari aspek sejarah dan hukum tanah.
Riset yang dilakukan oleh beberapa elemen menemukan banyak fakta dan kesaksian yang sama sekali berbeda. Artinya, klaim pemerintah itu masih lebih bersifat asumtif ketimbang faktual. Misalnya, saat dilakukan cross-check terhadap tanah milik warga yang setiap tahunnya membayar pajak. Luas obyek tanah yang disebutkan dalam SPPT di situ, saat dicocokan dengan fakta lapangan justru batasnya ada di poros jalan. Secara sederhana, fakta ini membuktikan bahwa justru selama ini badan jalan yang ada telah menyerobot tanah milik warga.
Klaim pemerintah mengenai lebar badan jalan ini dan implikasinya di lapangan telah memicu kontroversi yang meluas meskipun tanpa ekspose media. Di tingkatan warga pemilik tanah di sisi jalan sepanjang Jl. Daendels terbentuk forum-forum yang membahas masalah ini. Salah satunya adalah yang muncul di daerah Ambal dengan nama Korjasena dan menyusul jalinan lintas desa. Korjasena yang merupakan forumnya para korban jalan selatan (Korjasena) inilah cikal-bakal FPPKS. Di tingkatan para aktivis sosial, pada masa itu juga muncul FBRK, Forum Bersama Rakyat Kebumen.
0 komentar:
Posting Komentar